TUPAT GLABED DENGAN ANTOR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG
ANAK HAMBATAN
PENDENGARAN
KELAS VIII DI SLB NEGERI KOTA TEGAL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
OLEH
EKO BUDIYANTO, M.M.Pd
NIP. 19801213 201001 1 009
PROVINSI
JAWA TENGAH
DINAS PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI KOTA
TEGAL
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil’alamiin, hanya karena Rahmat, Taufik,
dan Hidayah dari ALLAH SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, Karya Tulis Ilmiah dengan judul “TUPAT
GLABED DENGAN ANTOR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK HAMBATAN
PENDENGARAN KELAS VIII DI SLB NEGERI KOTA TEGAL” telah
dapat disusun dengan baik, walaupun dengan bentuk dan isi yang sederhana.
Penyusunan KTI ini merupakan wahana
untuk latihan guru untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas. Banyak hambatan
yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan KTI ini, namun berkat
bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat
teratasi. Rasa
hormat dan terima kasih serta penghargaan
penulis sampaikan kepada;
1.
Ibu Kepala SLB Negeri Kota Tegal Dra.
Sepholindarsih, M.M.Pd selaku Kepala Sekolah, Pembimbing dan sebagai reter
dalam penyempurnaan instrumen penelitian yang telah meluangkan waktu dan
pikiran, membimbing, mengarahkan, memberikan dorongan serta mengajarkan ilmu
sabar serta telah memberikan saran dan petunjuk dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
2.
Rekan guru, orang tua murid dan siswa-siswi
tercinta yang dengan penuh kesabaran dan kehangatan untuk membantu penulis
dalam melaksanakan penelitian dan mewujudkannya dalam sebuah karya penelitian.
3.
Karyawan dan Staf Tata Usaha SLB Negeri Kota
Tegal yang telah memberikan bantuan dan
melayani berbagai kebutuhan penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini.
4.
Semua pihak atas kebaikan dan bantuannya
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, I can’t mention your names one
by one here but your names are well kept in my mind, thank’s for your support
guys
Untuk
itu atas segala bentuk bantuan yang diberikan, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya, kami sampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu terwujudnya penulisan KTI ini. Semoga ALLAH SWT senantiasa
memberikan petunjuk terhadap segala upaya yang kita lakukan demi untuk peningkatan
mutu pendidikan, dengan
penuh semangat dedikasi dan loyalitas yang tinggi demi kemajuan pendidikan dengan menjawab tantangan
jaman yang demikian mengglobal.
Tegal, Desember 2017
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL
.......................................................................
SURAT PERNYATAAN ASLI KARYA SENDIRI
.................... i
LEMBAR PENGESAHAN
............................................................. ii
KATA PENGANTAR .................................................................... iii
DAFTAR ISI
.................................................................................. v
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ............................................... 1
B.
Perumusan Masalah
...................................................... 1
C.
Tujuan Penelitian .......................................................... 2
D.
Manfaat Penelitian ................................................... 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA
BERPIKIR DAN
HIPOTESIS
A.
Tinjauan Pustaka
.............................................................. 4
1.
(TUPAT GLABED) Hitung Cepat Gampang
Langsung
Tidak Ribed ............................................................... 4
2.
(ANTOR) Jari Tangan Kalkulator
...............................
5
3.
Kemampuan Berhitung Anak Hambatan Pendengaran
6
B.
Kerangka Berpikir ......................................................... 8
C.
Hipotesis
......................................................................... 9
BAB
III METODE PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
......................................... 10
B.
Subyek Penelitian ........................................................... 10
C.
Prosedur Penelitian
......................................................... 10
D.
Pengumpulan Data ........................................................ 13
E.
Analisis Data
.................................................................. 14
F.
Indikator Keberhasilan
.................................................... 14
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
A.
Hasil Tindakan Siklus I ................................................... 15
B.
Refleksi Tindakan Siklus I
............................................... 16
C.
Hasil Tindakan Siklus II ................................................. 17
D.
Refleksi Tindakan Siklus II .............................................. 19
E.
Pembahasan ..................................................................... 19
BAB
V PENUTUP
A.
Kesimpulan
...................................................................... 23
B.
Rekomendasi ................................................................... 23
C.
Rencana Tindak Lanjut
................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
...................................................................... 25
LAMPIRAN
Daftar Riwayat Hidup
Data Penelitian
Seminar Hasil Penelitian
Dokumentasi
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berhitung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
menggunakan alat bantu hitung dan tanpa alat bantu hitung. Alat bantu hitung contohnya Abacus,
kericikan, dsb. Alat bantu hitung memiliki
kelemahan karena tidak boleh dibawa ketika ujian. Anak Hambatan Pendengaran di SLB Negeri kota Tegal melakukan metode operasi hitung seperti dalam
menjumlah dan mengurang dengan cara operasi susun, mengalikan dan
membagi dengan cara penjumlahan atau pengurangan berulang. Sehingga
seringkali anak kehilangan konsentrasi dalam soal operasi hitungnya yang
panjang. Penyelesaian masalah ini biasa dilakukan dengan cara menyederhanakan
soal operasi hitung karena anak sering merasa berat dalam mengerjakan operasi hitung yang
terlalu banyak.
Cara berhitung anak hambatan
pendengaran dilakukan dengan
menggunakan alat hitung kericikan/abacus yang memiliki 100 buah manik-manik,
sehingga diperlukan waktu sangat lama dan hasil hitungannyapun seringkali tidak
tepat. Berdasarkan kondisi di atas maka perlu diadakan kajian tentang bagaimana
menerapkan suatu metode berhitung yang
praktis dan tidak membebani memori anak hambatan pendengaran. Tupat Glabed dengan Antor
akronim dari berhitung cepat gampang langsung tidak ribed dengan jari tangan
kalkulator adalah teknik berhitung dengan memanfaatkan jari-jari tangan sebagai
alat hitung dan hasilnyapun dapat langsung dilihat atau
dirasakan tanpa repot isi batre.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar
belakang masalah maka dapat dibuat perumusan masalah yaitu Tupat Glabed dengan Antor dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak hambatan
pendengaran Kelas VIII di SLB Negeri Kota Tegal.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Tupat
Glabed dengan Antor dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak hambatan pendengaran Kelas VIII
di SLB Negeri Kota Tegal.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi anak hambatan pendengaran: Memberikan kontribusi mengenai temuan metode berhitung
dengan jari tangan kalkulator (Antor) sebagai alternatif baru dalam
berhitung
2. Bagi guru: Memberikan
informasi tentang pelaksanaan pembelajaran berhitung yang efektif
3. Bagi sekolah: Membantu mencapai visi dan misi layanan pendidikan
bermutu bagi anak hambatan pendengaran
4. Menambah
khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan melalui metode pembelajaran berhitung
dengan jari tangan kalkulator (Antor)
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR
DAN HIPOTESIS
A.
Tinjauan Pustaka
1. (Tupat
Glabed) Hitung Cepat Gampang Langsung Tidak Ribed
Kuliner
khas Tegal yang sudah tidak asing lagi di khalayak umum, satu diantaranya
adalah tupat glabed, yang kuahnya terkenal kental dan gurih. Glabed jika
diartikan ke bahasa Indonesia artinya kental. Satu piring glabed terdiri dari
kupat, potongan tempe kecil, sayur kuning, sambel merah, dan kerupuk mie
kuning. Sebagai pelengkap, kupat glabed disantap bersama sate ayam, sate
kerang, atau sate kikil.
Tupat Glabed dalam Penulisan
Penelitian Tindakan Kelas ini maksudnya adalah Hitung Cepat Gampang Langsung Tidak
Ribed. Berhitung
atau mata pelajaran Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari
perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam berbagai
disiplin ilmu. Soedjadi (dalam Istiqomah, 2013, hlm. 1) mengemukakan bahwa:
Pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan berhitung
sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Matematika sebagai
wahana pendidikan tidak hanya dapat digunakan untuk mencapai satu tujuan,
misalnya mencerdaskan siswa, tetapi dapat pula untuk membentuk kepribadian
siswa serta mengembangkan keterampilan tertentu. Hal itu mengarahkan perhatian
pada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui berhitung. Sejalan dengan
pendapat tersebut matematika merupakan mata pelajaran yang penting untuk
dipelajari sebab memiliki peran yang besar untuk perkembangan kemampuan
berpikir logis, sistematis, kreatif, dan berguna agar membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas serta mampu bersaing pada era globalisasi ini.
Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit untuk dipelajari, karena
matematika merupakan pelajaran yang terstruktur, serta harus memiliki pemahaman
dari konsep awal untuk memahami konsep selanjutnya. Pembelajaran matematika
harus dikemas secara menarik dan kreatif sehingga menyenangkan bagi siswa,
tetapi harus tetap terarah agar mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
2. (Antor) Jari Tangan
Kalkulator
Antor adalah kerupuk yang terbuat
dari singkong yang sudah diproses, kemudian cara memasaknya menggunakan pasir
sebagai media menggorengnya. Pasir yang digunakan sudah bersih. Kerupuk ini
juga disebut krupuk pasir atau kerupuk badeg, banyak ditemukan di pasar
biasanya berwarna-warni.
Antor dalam Penulisan
Penelitian Tindakan Kelas ini maksudnya adalah Jari Tangan Kalkulator. Antor
adalah teknik berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan sebagai alat bantu dalam berhitung berupa menambah,
mengurang, mengali dan membagi. Simbol bilangan dalam Antor; jari tangan kanan
menunjukkan satuan dan jari tangan kiri menunjukkan puluhan. 1 disimbolkan dengan jari telunjuk. 2 disimbolkan dengan jari telunjuk dan
jari tengah. 3 disimbolkan dengan jari telunjuk, jari
tengah dan jari manis. 4
disimbolkan dengan jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. 5 disimbolkan dengan semua jari tangan kanan. 6 disimbolkan dengan jempol. 7
disimbolkan dengan jempol dan jari telunjuk. 8 disimbolkan dengan jempol, jari
telunjuk, dan jari tengah. 9
disimbolkan dengan jari jempol, jari telunjuk, jari tengah dan jari kelingking. Adapun
contoh simbol bilangan gabungan puluhan dan satuan
seperti: Bilangan 11 disimbolkan dengan jari telunjuk tangan
kanan dan jari telunjuk tangan kiri.
Bilangan 32 disimbolkan
dengan jari telunjuk dan jari tengan tangan kanan dan jari telunjuk, jari tengah
dan jari manis tangan kiri. Operasi bilangan manambah pada Antor ditunjukkan
dengan membuka jari tangan sedangkan
mengurang dilakukan dengan menutup jari tangan.
3. Kemampuan Berhitung Anak Hambatan
Pendengaran
Hambatan pendengaran yang dialami anak tunarungu
mengakibatkan hambatan dalam berkomunikasi, sehingga berdampak pula pada proses
pendidikan dan pembelajarannya. Hal ini disebabkan anak hambatan pendengaran
menerima informasi secara visual, sehingga informasi yang di dapat akan berbeda
dengan anak yang melihat dan mendengar. Permasalahan
yang terjadi di lapangan adalah kesulitan yang dialami anak hambatan pendengaran dalam
penyelesaian operasi hitung. Anak dengan
hambatan pendengaran adalah anak yang mengalami kerusakan pada organ
pendengaran sehingga mengalami gangguan fungsi pendengaran dan berdampak pada
bahasa dan komunikasi yang dimiliki serta memerlukan layanan khusus dalam
pendidikan. Hambatan pendengaran dibedakan menjadi dua yaitu tuli (deaf)
dan kurang dengar (hard of hearing). Memiliki karakteristik kerusakan
pada organ pendengaran misalnya: lubang telinga tertutup, telinga
mengecil, adanya gangguan pada syaraf pendengaran, tidak mampu mendengar sama
sekali (tuli total), mampu mendengar namun dalam intensitas yang kecil (hard
of hearing) sehingga memerlukan alat bantu seperti Alat Bantu Dengar (ABD),
speaker, dan lainnya, memiliki hambatan dalam berbahasa dan komunikasi,
memiliki penguasaan kosakata yang terbatas, memiliki pengucapan yang kurang
jelas, sering menggunakan bahasa isyarat atau gesture tubuh.
Pembelajaran
matematika ini tidak hanya penting bagi anak-anak pada umumnya, melainkan
penting pula bagi anak hambatan pendengaran dalam menunjang kegiatan kehidupan
sehari-harinya. Sebagaimana tertera pada UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas pasal 5 ayat 2 bahwa “warga Negara yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan”
(Depdiknas, 2003, hlm. 12) Dwidjosumarto (dalam Somantri, 2006, hlm. 93)
mengemukakan sebagai berikut: Hambatan
Pendengaran adalah seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar
suara dikatakan tunarungu. Ketunarunguan dibedakan menjadi dua kategori yaitu
tuli (deaf) dan kurang dengar (low of hearing). Tuli adalah
mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan dalam taraf berat
sehingga pendengaran tidak berfungsi lagi. Sedangkan kurang dengar adalah
mereka yang indera pendengarannya mengalami kerusakan tetapi masih dapat
berfungsi untuk mendengar, baik dengan maupun tanpa menggunakan alat bantu
dengar (hearing aids).
B.
Kerangka
Berpikir
Berdasarkan
uraian teoritik di atas maka dapat disusun kerangka berpikir sebagai berikut:
1.
Anak Hambatan
Pendengaran mengalami hambatan dalam berhitung terutama dengan
adanya keterbatasan fungsi alat hitung dan adanya kesulitan dalam menerapkan
metode berhitung tanpa menggunakan alat bantu yang cenderung memberatkan memori
Anak.
2.
Antor
metode berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan sebagai media berhitung.
3.
Perlu
diadakannya pembuktian apakah pembelajaran tersebut mampu meningkatkan
kemampuan berhitung anak hambatan pendengaran Kelas VIII di SLB Negeri Kota
Tegal malalui Penelitian Tindakan Kelas.
C.
Hipotesa Tindakan
Jika
Anak Hambatan Pendengaran Kelas VIII di SLB Negeri Kota Tegal menggunakan Tupat Glabed dengan Antor maka
kemampuan berhitungnya akan meningkat.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian
ini dilaksanakan di SLB Negeri Kota Tegal, dan dilaksanakan pada bulan September-Desember
2017. Jadwal Kegiatan:
No.
|
Kegiatan
|
Waktu
Pelaksanaan
|
1
|
Penyusunan Proposal
|
2 September - 5 Oktober 2017
|
2
|
Pelaksanaan Penelitian
|
6 Oktober - 16
November 2017
|
3
|
Peyusunan Hasil Penelitian
|
17 November -
21 Desember 2017
|
4
|
Laporan dan Evaluasi
|
16 - 30
Desember 2017
|
B.
Subyek Penelitian
Subyek
penelitian adalah
dua anak Hambatan Pendengaran Kelas VIII
Tahun Pelajaran 2017/2018.
C.
Prosedur
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas. Prosedur Penelitian
Tindakan Kelas ini terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan
pada pokok bahasan berhitung yang berbeda. Siklus I dilaksanakan pada pokok
bahasan berhitung penambahan dan pengurangan satuan. Sedangkan siklus II
dilaksanakan pokok bahasan berhitung penambahan dan pengurangan puluhan. Adapun secara lebih rinci prosedur Penelitian
Tindakan Kelas siklus I dan siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut:
Perencanaan:
1.
Membuat skenario pembelajaran
2.
Membuat lembar observasi: untuk melihat
bagaimana kemampuan berhitung anak
3.
Menyiapkan
catatan lapangan
4.
Menyiapkan dan membuat alat bantu mengajar
yang diperlukan termasuk mengadakan adaptasi dan modifikasi buku latihan
berhitung sesuai dengan kondisi anak.
Pelaksanaan Tindakan
Siklus I: Materi Penambahan
dan Pengurangan Satuan
Tahap I:
Guru: Membagikan soal Pre-Test, menyampaikan pendahuluan
tentang konsep bilangan dan konsep hitung penambahan dan pengurangan bilangan satuan dengan alat hitung
kricikan, memberikan soal
latihan pada anak,
membantu kesulitan anak.
Anak: Mengerjakan soal Pre-Test, melakukan setiap
aktifitas dalam pembelajaran berhitung, mengerjakan soal
latihan dari guru
Tahap II:
Guru: Memberikan
penjelasan tentang konsep bilangan dan konsep hitung satuan dalam Tupat Glabed
dengan Antor,
memberikan
soal latihan Antor, memberikan soal Post-Test.
Anak: Melakukan setiap aktifitas dalam pembelajaran, mengerjakan soal
latihan dalam Tupat Glabed dengan Antor dan mengerjakan soal Post-Test.
Siklus II: Materi Penambahan dan Pengurangan Puluhan
Tahap I:
Guru: Membagikan soal Pre-Test, menyampaikan pendahuluan
tentang konsep bilangan dan konsep hitung penambahan dan pengurangan bilangan
puluhan dengan alat hitung kricikan, memberikan soal
latihan,
membantu kesulitan anak.
Anak: Mengerjakan soal Pre-Test, melakukan setiap
aktifitas dalam pembelajaran berhitung, mengerjakan soal
latihan dari guru.
Tahap II:
Guru: memberikan
penjelasan tentang konsep penambahan
dan pengurangan puluhan dalam Tupat Glabed dengan Antor, memberikan soal
latihan, memberikan soal Post-Test.
Anak: melakukan setiap
aktifitas dalam pembelajaran,
mengerjakan
soal latihan bilangan puluhan dalam Tupat Glabed dengan Antor, mengerjakan soal Post-Test.
Observasi
Pada
tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Lembar observasi
kemampuan berhitung anak yaitu:
1.
Pemahaman konsep bilangan dan konsep hitung
2.
Pemahaman konsep bilangan dan konsep hitung Antor
3. Kemampuan Anak
dalam mengerjakan soal
(catatan lapangan).
Refleksi
Hasil yang
didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisa dalam tahap
refleksi. Dari hasil refleksi dapat diketahui apakah kegiatan pembelajaran yang
dilakukan anak sudah sesuai dengan skenario pembelajaran dan apakah anak telah mampu melakukan Tupat Glabed
dengan Antor secara benar yang dibuktikan dengan apakah ada peningkatan
kemampuan berhitungnya.
Selanjutnya hasil analisa yang dilakukan pada tahap refleksi akan dipergunakan
menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan sebagai acuan untuk merencanakan
siklus berikutnya.
D.
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap
kegiatan pembelajaran. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
adalah:
1.
Instrumen Pembelajaran:
Rencana Pembelajaran pada tiap siklus.
2.
Instrumen Monitoring: Lembar Pre-Test dan Post-Test, untuk mengetahui kemampuan
menyelesaikan soal hitungan.
3.
Panduan Observasi, terdiri dari: pemahaman konsep bilangan dan konsep
hitung dan pemahaman konsep bilangan dan
konsep hitung Antor
4.
Catatan Lapangan kemampuan anak dalam
mengerjakan soal
E.
Analisis
Data
Semua data dianalisis secara deskriptif dengan menghitung persentase dan
menit.
F.
Indikator
Keberhasilan
Indikator
keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah:
Kemampuan Anak dalam berhitung menambah dan
mengurang satuan serta menambah dan
mengurang puluhan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Tindakan Siklus I
Siklus I menggunakan materi penambahan dan pengurangan bilangan satuan.
Sebelum pembelajaran dimulai diadakan Pre-Test untuk mengetahui pemahaman awal siswa
terhadap konsep bilangan dan konsep penambahan dan pengurangan satuan.
Pembelajaran yang direncanakan pada tahap pertama adalah menyampaikan
pendahuluan tentang konsep bilangan dan konsep hitung penambahan dan pengurangan
bilangan satuan
dan mengerjakan soal latihan sesuai materi. (lampiran 6). Saat siswa mengerjakan soal latihan dilakukan pengamatan
terhadap sikap, lama mengerjakan dan hasil latihannya. Berdasarkan pengamatan
siswa tampak bersemangat. Siswa R
menggunakan cara membilang dan seringkali berhenti karena lupa urutan
bilangannya. Siswa I
berulang-ulang membaca soal dan membilang dalam menyelesaikan soal. (lampiran
1)
Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu memberikan penjelasan
tentang konsep bilangan dan konsep hitung satuan dalam Antor (lampiran 2). Siswa
menunjukkan sikap antusias dan senang dalam mengikuti penjelasan. Pada tahap ini siswa mengalami hambatan motorik jari
yaitu dalam menbuat formasi jari yang menunjukkan simbol bilangan. Setiap
materi penambahan dan pengurangan satuan siswa melakukan latihan mengerjakan soal. Dalam mengerjakan
soal latihan siswa tampak berulang-ulang membaca karena sering terlupa terutama
untuk siswa I
karena harus menghitung
sekaligus membentuk formasi jari (lampiran 2).
Pada akhir dari pembelajaran diadakan Post-Test
untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi penambahan dan pengurangan satuan setelah pembelajaran.
Berikut ini adalah hasil Pre-Test dan
Post-Test
siswa.
Tabel
1. Perbandingan
Hasil Pre test dan Post Test Penambahan dan
Pengurangan Satuan Siswa R dan I
Nama
Siswa
|
Persentase Pengerjaan Soal
|
Waktu Mengerjakan
|
||
Pre
Test
|
Post
Test
|
Pre
Test
|
Post
Test
|
|
R
|
90
%
|
95
%
|
12
Menit
|
9
Menit
|
I
|
45
%
|
100
%
|
7
Menit
|
6
Menit
|
Dari tabel di atas dapat diketahui persentase pengerjaan soal mengalami peningkatan sebesar 5% untuk siswa R dan 65% untuk siswa I setelah Pembelajaran Antor. Waktu yang diperlukan dalam pengerjaan soal
berkurang atau lebih cepat 3 menit untuk siswa R dan bekurang atau lebih cepat 1 menit untuk siswa I.
B.
Refleksi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung terhadap
siswa dalam menggunakan Antor dalam berhitung satuan ternyata ada beberapa dukungan
dan hambatan. Dukungan kelebihan penggunaan Antor adalah sebagai berikut :
1.
Siswa
tampak bersemangat dan senang dalam mengikuti pembelajaran
2.
Penguasaan
konsep hitung sebelumnya telah dimiliki siswa menjadi faktor pendukung
peningkatan pemahaman siswa tentang penggunaan Antor.
Adapun hambatan atau kelemahan yang dialami dalam
penggunaan berhitung dengan Antor adalah:
1.
Kemampuan
motorik jari anak yang masih kaku mengakibatkan siswa mudah lelah
2.
Soal-soal
dalam buku latihan Antor merupakan soal yang panjang sehingga siswa sering
merasa kerepotan dalam membaca.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut pada siklus
ke dua akan ditempuh beberapa cara antara lain:
1.
Melakukan
latihan kecepatan dan ketepatan motorik jari lebih banyak dari siklus pertama
2.
Memodifikasi
kembali soal latihan dengan soal yang lebih pendek.
C.
Hasil Tindakan Siklus II
Siklus II menggunakan materi
penambahan dan pengurangan bilangan puluhan. Sebelum pembelajaran dimulai
diadakan Pre Test untuk mengetahui
pemahaman awal siswa terhadap konsep bilangan dan konsep penambahan dan
pengurangan puluhan. Pembelajaran yang direncanakan pada tahap
ke dua adalah menyampaikan pendahuluan tentang konsep bilangan
dan konsep hitung penambahan dan pengurangan bilangan puluhan dan mengerjakan soal latihan sesuai materi, saat siswa mengerjakan soal latihan dilakukan pengamatan terhadap
sikap, lama mengerjakan dan hasil latihannya. Berdasarkan pengamatan siswa
tampak bersemangat.
Selama mengerjakan siswa I tampak beberapa kali
mencoba menggunakan jarinya dalam mengerjakan soal latihan. siswa R masih menggunakan metode
membilang dengan pengelompokan bilangan puluhan dan satuan. Kemudian dilanjutkan dengan
tahap kedua yaitu memberikan penjelasan tentang konsep bilangan dan konsep
hitung puluhan dalam Antor.
Pada setiap materi siswa melakukan latihan kecepatan motorik dengan waktu yang
lebih lama dibandingkan pada siklus I, dan perhatian pada setiap kesulitan
siswa senantiasa diberikan dan tidak dibatasi waktunya. Siswa menunjukkan sikap
antusias dan senang dalam mengikuti penjelasan. Pada akhir dari pembelajaran
diadakan Post Test untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi penambahan dan pengurangan puluhan setelah
pembelajaran. Berikut ini adalah hasil Pre
Test dan Post Test siswa.
Tabel 2. Perbandingan
Hasil Pre Test dan Post Test Penambahan dan Pengurangan
Puluhan Siswa R dan
I
Nama
Siswa
|
Persentase Pengerjaan soal
|
Waktu Mengerjakan soal
|
||
Pre Test
|
Post Test
|
Pre Test
|
Post Test
|
|
R
|
60
%
|
80
%
|
10
Menit
|
9 Menit
|
I
|
30
%
|
85
%
|
10
Menit
|
8 Menit
|
Dari tabel di atas dapat
diketahui persentase pengerjaan
soal meningkat 20% untuk siswa R dan 55% untuk siswa I setelah menggunakan Antor. Sedangkan waktu yang diperlukan dalam pengerjaan soal berkurang
atau
lebih cepat 1 menit untuk siswa R dan berkurang atau lebih cepat 2 menit untuk siswa I.
D.
Refleksi Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus ke dua berjalan
dengan lancar karena siswa sudah mulai terkondisi dengan penggunaan Antor
dalam berhitung puluhan yaitu
dengan dilaksanakannya latihan kecepatan dan ketepatan motorik jari dan
modifikasi buku latihan dengan menyajikan soal yang lebih pendek.
E.
Pembahasan
1.
Siklus Pertama
Proses pembelajaran pada siklus I telah berjalan sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah disusun. Menurut skenario pembelajaran, kegiatan pertama yang dilakukan siswa adalah
mempelajari konsep bilangan dan konsep penambahan dan pengurangan satuan. Materi
konsep bilangan meliputi: menentukan banyak benda, menentukan dan menuliskan
lambang bilangan dari kelompok benda, membandingkan kumpulan benda, mengurutkan
bilangan dan menentukan bilangan loncat. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pemahaman
konsep hitung menambah dan mengurang satuan. Materi konsep hitung menambah dan
mengurang meliputi: menentukan bertambah dan berkurang, menambah dan mengurang dengan benda konkret serta menambah dan mengurang berdasarkan kalimat matematikanya.
Setelah penanaman konsep bilangan dan konsep hitung
satuan dikuasai siswa, proses berikutnya adalah pelaksanaan pembelajaran Antor
untuk hitung satuan. Materi
pertama yang harus dipelajari siswa konsep bilangan dalam Antor.
Berdasarkan pembahasan pada siklus I manfaat Antor
untuk hitung satuan dapat
dirasakan langsung baik untuk siswa maupun untuk guru. Adapun hambatannya
berupa masih belum lancarnya siswa membaca soal dan gangguan motorik siswa
menjadi acuan untuk menyusun rencana tindakan pada siklus ke dua yaitu
melakukan latihan kecepatan ketepatan motorik jari sebelum latihan soal dan
memodifikasi soal buku latihan agar lebih sederhana.
2.
Siklus Ke Dua
Setelah penanaman konsep bilangan dan konsep hitung
puluhan dikuasai siswa, proses pembelajaran berikutnya adalah pelaksanaan
pembelajaran Antor
untuk hitung puluhan. Sebagaimana hasil refleksi tentang hambatan motorik jari
siswa maka di setiap materi diadakan latihan ketepatan dan kecepatan motorik
dengan waktu yang lebih lama dari siklus pertama. Materi pertama yang harus
dipelajari siswa adalah konsep bilangan dalam Antor. Pada tahap ini siswa tidak mengalami kesulitan
karena simbol bilangan puluhan dalam Antor mewakili nilai tempat yang langsung dipisah dengan bantuan
jari tangan kanan sebagai nilai tempat satuan dan jari tangan kiri sebagai
nilai tempat puluhan. Hal ini membantu siswa untuk lebih dapat mengingat nilai
tempat dalam menambah dan mengurang.
Setelah konsep bilangan dan konsep hitung Antor
dipelajari siswa, berikutnya
adalah mempelajari materi hitung puluhan. Pada materi hitung bilangan puluhan
bulat siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti karena hanya memindah konsep
bilangan dan hitung satuan di tangan kanan dengan puluhan ditangan kiri. Hambatan
yang dialami siswa baik R maupun I adalah merubah mainset sering lupa konsep Antor,
yang pada umumnya simbol enam dengan seluruh jari tangan kanan membuka dan jari
jempol tangan kiri namun dalam Antor simbol enam hanya dengan jari jempol kanan
yang membuka. Kegiatan terakhir
dalam siklus II adalah pengerjaan soal Post
Test. Dari perbandingan soal Pre Test
dan Post Test diketahui bahwa terjadi
peningkatan persentase pengerjaan soal dan waktu yang diperlukan dalam
pengerjaan juga lebih sedikit. Dengan
mengetahui manfaat dan hambatannnya, maka pembelajaran berhitung dengan Antor dapat dilanjutkan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada siswa yang lain
dan diteliti kembali untuk pokok bahasan
lebih lanjut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembelajaran berhitung menambah dan mengurang satuan dan puluhan cara Tupat Glabed dengan Antor setelah dua
siklus memperoleh hasil dapat
meningkatkan kemampuan berhitung anak Hambatan
Pendengaran Kelas VIII Tahun Pelajaran 2017/2018
di SLB Negeri Kota Tegal
B. Rekomendasi
1. Siswa
Siswa hendaknya senantiasa melatih kemampuan berhitung dengan
memperhatikan potensi diri, terbuka adanya kesulitan sehingga guru bisa mencari
alternatif metode berhitung yang sesuai. Penggunaan Tupat
Glabed dengan Antor dalam berhitung
harus didukung dengan penguasaan konsep hitung dan kemampuan motorik jari untuk
itu siswa hendaknya bersabar dalam berlatih sehingga didapat hasil yang
maksimal.
2. Guru
Para guru SLB khususnya guru anak Hambatan Pendengaran hendaknya mampu memilih metode
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak untuk mencapai kompetensi dasar
yang telah direncanakan. Pelaksanaan pembelajaran berhitung dengan Antor hendaknya disesuaikan dengan kondisi anak dan
penguasaan konsep dasar serta langkah-langkah
pembelajaran yang tepat agar
dicapai hasil yang maksimal.
C. Rencana
Tindak Lanjut
Sebagai tindak
lanjut dalam penelitian ini penulis memiliki rencana sebagai berikut :
1. Melanjutkan penggunaan Antor dalam materi hitung penambahan dan pengurangan pada anak
Hambatan Pendengaran yang
lain apabila diperlukan.
2. Untuk menghindari kendala-kendala yang mungkin terjadi
selama pembelajaran berhitung dengan Antor, penulis akan
meningkatkan monitoring dan selalu memberikan bimbingan pada siswa yang
mengalami kesulitan dalam berhitung.
3. Menjaga kondisi pembelajaran yang menyenangkan agar siswa senantiasa termotivasi dalam belajar
berhitung.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Model Pembelajaran Pendidikan Khusus Tuna
Grahita Ringan dan Sedang. Jakarta: Direktorat Pembinaan SLB
Istiqomah, N. (2013). Penerapan
Pendekatan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Matematika Materi Pecahan. Skripsi pada FIP UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan
Mulyasa, E. (2013). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya
Septi Peni Wulandani (2007). Jarimatika
Penambahan Dan Pengurangan. Jakarta: Kawan Pustaka
Somantri, Sutjihati. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa.
Bandung: PT. Refika Aditama