Malu Bertanya Sesat Di Jalan
Banyak Bertanya Lebih Aman
"Apakah ada yang lebih cepat
dari cahaya?" Jawabannya adalah “ada”,
yaitu berita hoax yang disebarkan oleh orang yang tidak kritis dan malas
baca, demikian guyonan teman Facebook saya yang bernama Faisal Arisandi
Guyonan tersebut
terkesan absurt, tapi kalo kita telisik memang ada benarnya. Kita
akhir-akhir ini dibombardir dengan berita hoax yang begitu banyak dan
begitu cepat menyebar menembus batas wilayah manapun dan menyasar kalangan
manapun, baik dari segi usia, latar belakang suku, agama, pendidikan,
pekerjaan, golongan serta apapun katagorinya. Disisi lain berita fakta juga
mengalami serangan yang dasyat dari penyebar berita hoax, berita fakta
diputarbalikkan oleh pihak tertentu untuk motif tertentu (politik, ekonomi,
teror, SARA, bahkan iseng) sehingga berita fakta semakin tenggelam dan tertutup
dengan berita hoax. Dan pada akhirnya masyarakat secara umum (yang tidak kritis dan malas baca ) sudah tidak
bisa membedakan mana berita fakta dan mana berita hoax, mengangggap
berita fakta sebagai hoax dan begitu pula sebaliknya hoax
dianggap sebagai berita fakta.
Dengan begitu masifnya berita hoax yang
tersebar disekitar kita, maka kita harus bertindak. Apa tindakan kita? LAWAN!!!
Iya, lawan! Kita harus melawan penyebaran berita hoax, kita harus
menunjukkan faktanya. Tetapi kita harus cerdas pula memilih berita yang akan kita
lawan dengan mengidentifikasi mana berita yang benar-benar katagori hoax.
Cara Identifikasi Hoax
Campur aduknya antara berita fakta dan berita hoax
menuntut kita untuk lebih kritis dalam menerima dan mencerna berita. Kita
diingatkan kembali untuk membudayakan membaca atau literasi yang sudah mulai
luntur. Bersikap kritis dan budaya membaca akan membawa kita lebih mudah
mengenali antara berita fakta dan berita hoax .
Dalam menganalisa berita hoax ciri
utamanya adalah berita yang disajikan sifatnya memancing pembaca untuk bereaksi
sepontan dan cenderung bereaksi berlebihan. Berita hoax selalu
menggunakan bahasa yang hiperbolis, data pendukungnya dimanipulasi
sedemikian rupa sehingga terlihat nyata. Tetapi serapi apapun berita hoax
pasti ada titik lemah yang bisa menunjukkan bahwa berita tersebut benar-benar
berita bohong.
Sumber berita atau data menjadi titik terlemah
dari berita hoax, mengapa demikian? Karena setelah ditelusuri sumber
berita atau datanya pasti tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Untuk itu
kita lebih fokus dan kritis pada sumber berita yang beredar. Dalam mencari
sumber kita tidak usah sungkan dan malu untuk bertanya kepada siapapun demi
mencari kebenaran. Semakin banyak kita mencari sumber sebagai dasar berita dan
semakin banyak tanya kepada siapapun yang terkait atau berkompeten dengan
berita yang dimuat, maka semakin jelas dan terhindar dari berita hoax.
Jadi dapat kita ambil poin utama untuk
menganalisa berita hoax, yaitu : baca berita secara utuh, tanyakan asal
berita tersebut, cek sumber informasinya dari media yang kredibel dan cek atau
cari kembali apakah ada berita yang sejenis, bisa menggunakan search engine
atau googling.
Dampak Negatif Hoax
Penyebaran berita hoax semakin variatif
dilihat dari isinya, yaitu berisikan berita negatif dan positif. Hal ini
disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari pembuat berita hoax tersebut. Contoh
berita hoax berisikan berita negatif : “Warga Dicekoki Miras Oleh
Kapolres”, contoh berita hoax berisikan berita positif : “19
Minuman Mengandung Aspartame yang dikeluarkan Ikatan Dokter Indonesia” (kedua
contoh tersebut telah dianalisa oleh Indonesian Hoax Busters).
Perlu kita pahami bahwa apapun isi berita hoax
tersebut, baik yang berisikan berita negatif maupun positif tetap berdampak
buruk terhadap masyarakat yang tidak kritis dan malas membaca. Suatu kebohongan
pasti menimbulkan masalah baru dan umumnya makin bertambah banyak masalah yang
timbul berikutnya.
Berikut beberapa masalah yang timbul dari
berita hoax yang dicerna oleh orang yang tidak kritis dan malas membaca
:
1.
Hoax SARA, dapat menimbulkan perselisihan,
kecurigaan dan permusuhan antar pemeluk agama, antar suku, antar daerah.
2.
Hoax politik, dapat memecah belah dan
perselisihan kekuatan politik sehingga bisa mengancam keutuhan NKRI.
3.
Hoax kesehatan, dapat menimbulkan salah
menggunakan obat bahkan malah takut menggunakannya.
4.
Hoax hukum, dapat menimbulkan persepsi yang
salah terhadap hukum yang berlaku sehingga menerapkannya salah pula.
5.
Menganggap kelompok atau golongannya sendiri yang paling benar dan
menganggap yang lain salah
6.
Main hakim sendiri
7.
Timbul rasa curiga dan tidak percaya pada orang lain
8.
Ketakutan pada hal-hal tertentu.
9.
Perselisihan antara keluarga, sahabat, teman bahkan masyarakat
luas.
10. Memperdebatkan hal yang tidak perlu atau
tidak penting
11. Dan masih banyak lagi masalah atau dampak
negatif yang timbul, tergantung pada isi dari berita hoax tersebut.
Cara mengedukasi Siswa, Keluarga, Kolega Untuk Memerangi Hoax
Dalam sebuah ayat Al-Qur’an disebutkan yang
artinya : “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”, dari ayat
tersebut dapat dipahami bahwa kita secara pribadi mempunyai tanggung jawab atas
diri kita sendiri dan keluarga. Disini keluarga dapat ditafsirkan sebagai
keluarga inti atau kandung, keluarga di masyarakat, keluarga di sekolah maupun
keluarga secara luas.
Sama halnya ketika menyikapi bahkan memerangi hoax
yang menyebar luas, kita secara pribadi mempunyai kewajiban untuk memproteksi
dan mengedukasi diri kita sendiri serta masyarakat pada umumnya.
Dalam mengajak siswa, keluarga dan masyarakat
untuk mencegah dan memerangi berita hoax menurut saya ada 2 tindakan
yang cukup efektif, yaitu :
1. Diam
Diam yang saya maksud disini dalam arti
luas, bukan diam dalam arti sempit yaitu pasif, cuek, acuh tak acuh atau tidak
melakukan tindakan apapun. Diam yang saya maksud adalah ketika kita mendapatkan
suatu berita hoax, kita telaah isinya, kita pahami apakah ada kaitannya
dengan diri kita pribadi, keluarga atau masyarakat umum serta apakah kita perlu
melawan berita hoax tersebut atau tidak.
Setelah kita pahami hal tersebut diatas,
bila memang kita tidak paham terhadap berita hoax tersebut dan tidak ada kaitannya secara langsung dengan
kita maka sikap diam kita adalah tidak menambah dan mengurangi, tidak
menanggapi dan tidak membagikan ke orang lain.
2. Lawan
Dalam melawan berita hoax, kita
harus benar-benar memahami isi berita hoax tersebut dan mengetahui sisi
lemahnya. Seperti yang sudah saya paparkan diatas, bahwa untuk melawannya kita
harus menggali informasi dari berbagai sumber dan mencari pembanding berita
tersebut.
Kita serang terus penyebar berita hoax
dengan data dan fakta yang telah kita miliki, kita serang terus dengan
pertanyan “Mana Sumbernya?” “Mana Buktinya?” “Siapa Saksinya?”, kita lampirkan
data dan fakta pembanding yang ada. Disisi lain kita juga menyebarkan dan tukar
pendapat dengan yang lain tentang berita yang sebenar-benarnya sehingga dapat
memberikan pencerahan bagi masyarakat umum serta dapat menenggelamkan berita hoax
tersebut.
Kedua sikap tersebut diatas menurut saya cukup
efektif dalam melawan berita hoax, yaitu “Lebih Baik Diam Dari Pada
Tidak Bisa Berkata Benar” dan “Ubahlah Kebohongan Dengan Mengungkapkan
Kebenarannya”.
Pengalaman Pribadi Tentang Tindakan Yang pernah Dilakukan Ketika
Mendapati Hoax
Akhir-akhir ini saya kurang nyaman dalam
memakai internet, media sosial bahkan email pribadi. Hampir semua media
mendapatkan spam atau informasi yang tidak penting bahkan berita hoax.
Hal ini memicu saya untuk melakukan tindakan terhadap spam atau hoax
tersebut.
Dalam dunia maya, terutama media sosial saya
beberapa kali menemukan berita hoax dan kebetulan saya mengenal secara
langsung maupun tidak langsung personal yang diberitakan. Contohnya murid saya
di SLB Negeri Kota Tegal yang sudah lulus tingkat SDLB, beberapa waktu lalu
fotonya dibuat meme beredar di salah satu grup facebook dengan tulisan
“Yang Pernah Lewat Jalan Daerah RS. Kardinah Pasti Kenal Orang Ini”. Memang
secara bahasa tidak aneh dan hanya terkesan guyonan, tetapi bagi warga Tegal
anak ini sangat banyak yang paham dan komentarnya sangat mengejek, melecehkan
dan bahkan ada yang melecehkan institusi Kepolisian karena dianggap takut
dengan anak dan keluarganya. Kemudian contoh lain di media Tweeter, saya
menemukan pemberitaan tentang bapak Mahfud MD, isinya tentang pendapatnya
terkait hukum Islam yang menyimpang.
Menyikapi hal diatas, pertama yang saya lakukan
adalah me-screenshot postingan dan komentar kemudian saya melaporkan ke
admin grup dan secara personal ke pengunggah, komentator berita tersebut dan
orang yang diberitakan, saya minta klarifikasi.
Dalam dunia nyata, untuk menyikapi maraknya
berita hoax dan konten pornografi di media sosial, saya bersama Wakil
Kepala bagian Kesiswaan SLB Negeri Kota Tegal mengadakan sosialisasi “Dampak
Media Sosial Terhadap Masa Pubertas Anak Berkebutuhan Khusus” pada tanggal 20
Februari 2017 yang diikuti oleh perwakilan komite sekolah, perwakilan guru dan
perwakilan wali murid dari setiap jenjang.
Sosialisasi ini dirasa sangat perlu diadakan
karena berawal dari laporan siswa yang mengirim foto ke inbox Facebook
saya yang berisikan konten pornografi dan hoax karena terlihat sekali
foto sudah diubah dari aslinya, kemudian saya telusuri ke sumber berita
tersebut, ternyata berasal dari postingan di sebuah grup Facebook yang
anggotanya siswa SLB seluruh Indonesia. Dalam grup tersebut sangat banyak
sekali postingan yang berisikan konten pornografi, kekerasan dan hoax ,
akan tetapi tentunya konten positif tetap ada.
Pemahaman dalam penangkalan dan perlawanan
berita hoax perlu dipahami dan dilaksanakan seluruh elemen yang terkait
dalam dunia pendidikan, bukan hanya siswa yang mengkonsumsi berita hoax
tersebut. Peran orang tua sangat penting dilibatkan, karena intensitas anak
dengan orang tua lebih banyak dibandingkan dengan guru di sekolah, dan perlu
diingat bahwa orang tua juga harus bertanggung jawab atas fasilitas yang ia
berikan, yaitu handphone atau uang yang diberikan kepada anaknya.
Menurut saya kolaborasi penangkalan dan
perlawanan terhadap berita hoax perlu dilakukan di dunia maya dan dunia
nyata, karena keduanya saling berkaitan dan saling menguatkan. Penangkalan dan
perlawanan terhadap berita hoax juga harus dilakukan oleh semua pihak,
harus kompak bersatu padu serta berkelanjutan.
Kita harus bersatu padu menghimpun kekuatan
untuk melawan dan memerangi berita hoax
yang sudah mengancam keamanan dan keutuhan NKRI. Mulai dari diri kita sendiri,
semampu kita sendiri, kalau bukan kita siapa lagi? Mari kita tumbuhkan kembali
sikap kritis kita, budaya membaca dan literasi sehingga dapat membuka cakrawala
informasi dan dapat menangkal informasi yang menyesatkan.
#antihoax #marimas #pgrijateng
Tidak ada komentar:
Posting Komentar