Metode Jarimatika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berhitung Anak Tuna Grahita Ringan Kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016 Di SLB Negeri Kota Tegal


METODE JARIMATIKA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG
ANAK  TUNAGRAHITA  RINGAN KELAS VIII 
TAHUN  PELAJARAN 2015/2016 DI SLB NEGERI KOTA TEGAL
Eko Budiyanto[1]
ebudislb@gmail.com

Abstrak: Rumusan masalah penelitian ini adalah apakah metode Jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung Anak Tuna Grahita Ringan kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016 di SLB Negeri Kota Tegal. PTK dilakukan dengan dua siklus. Hasil siklus I menunjukkan rata-rata Persentase peningkatan 12,5 % dan peningkatan kecepatan hitung 8,5 menit. Hasil siklus II rata-rata Persentase peningkatan 15 %  dan peningkatan kecepatan hitung 7,5 menit.

Kata Kunci: Jarimatika, Kemampuan Berhitung, Anak Tunagrahita Ringan

PENDAHULUAN
Pelajaran Matematika mulai dari sekolah tingkat dasar sampai tingkat atas dimasukkan dalam Ujian Nasional. Dengan demikian pelajaran Matematika harus diikuti walaupun tidak diminati anak. Untuk dapat mengurangi rasa ketakutan dan ketidakmampuan anak dalam mempelajari matematika  maka banyak berdiri lembaga kursus bagi mata pelajaran Matematika. Kursus-kursus itu disebabkan oleh dua hal, yaitu anak-anak memiliki kemampuan pada mata pelajaran Matematika yang kurang dan orangtua menginginkan anak-anaknya memiliki kemampuan melebihi standar yang ada di sekolah. Mengingat pentingnya matematika dan keadaan anak yang masih banyak diantaranya yang takut dengan mata pelajaran ini maka perlu ada strategi baru dalam pembelajaran Matematika. Strategi baru yang lebih menarik dan memotivasi anak-anak untuk bisa berhitung dalam Matematika. Berhitung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan alat bantu hitung dan tanpa alat bantu hitung. Alat bantu hitung contohnya Abacus, Kericikan, dan sebagainya memiliki kelemahan karena tidak boleh dibawa ketika ulangan, dan ketika ditanya soal hitungan sederhana bila tidak menggunakan alat bantu hitung, anak kesulitan menjawab, ini disebabkan anak ketergantungan dengan alat bantu hitung. Ketika mengerjakan penjumlahan dan pengurangan dengan menggunakan alat bantu hitung kericikan, jika dalam perkalian dengan  cara penjumlahan berulang, untuk pembagian dengan cara pengurangan berulang, sehingga seringkali anak kehilangan konsentrasi dalam soal operasi hitungnya yang panjang. Penyelesaian masalah ini biasa dilakukan dengan cara menyederhanakan soal operasi hitung karena anak sering merasa berat dalam mengerjakan operasi hitung yang terlalu banyak. Cara berhitung Anak Tunagrahita di sekolah ini dilakukan dengan menggunakan alat hitung kericikan/abacus yang memiliki 100 buah manik-manik, sehingga diperlukan waktu sangat lama dan hasil hitungannyapun seringkali tidak tepat. Berdasarkan kondisi-kondisi di atas maka perlu diadakan kajian tentang bagaimana menerapkan suatu metode berhitung  yang praktis dan tidak membebani memori Anak Tunagrahita. (Septi Peni Wulandani 2007: v) menawarkan cara berhitung yang praktis dan tidak membebani memori anak melalui Jarimatika. Jarimatika adalah teknik berhitung dengan memanfaatkan jari-jari tangan sebagai alat hitung dan hasilnyapun dapat langsung dilihat atau dirasakan. Keberhasilan dari pendekatan ini terbukti dalam penelitian yang relevan yang dilakukan oleh Siti Rachmawati (2011) Laporan PTK  yang  berjudul Peningkatan Kemampuan Berhitung Dengan Jarimatika Pada Anak Tunanetra di SLB Negeri Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode Jarimatika dapat meningkatkan kemampuan berhitung Anak Tunagrahita kategori ringan kelas VIII di SLB Negeri Kota Tegal. Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1)  bagi anak Tunagrahita: memberikan kontribusi mengenai temuan metode berhitung dengan jari sebagai alternatif baru dalam berhitung, 2)  bagi guru: memberikan informasi tentang pelaksanaan pembelajaran berhitung yang efektif, 3)  bagi sekolah: membantu mencapai visi dan misi layanan pendidikan bermutu bagi anak Tunagrahita, 4) menambah khazanah keilmuan dalam bidang pendidikan melalui metode pembelajaran berhitung dengan Jarimatika

LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Metode Jarimatika
            Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai cara atau teknik. Jarimatika adalah teknik berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan sebagai alat bantu dalam berhitung berupa menambah, mengurang, mengali dan membagi (Septi Peni Wulandani, 2007: 17). Jari-jari dalam Jarimatika merupakan simbol dari bilangan, simbol tersebut adalah: Tangan kanan menunjukkan satuan. Bilangan 1 disimbolkan dengan jari telunjuk. Bilangan 2 disimbolkan dengan jari telunjuk dan jari tengah.  Bilangan 3 disimbolkan dengan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis.  Bilangan 4 disimbolkan dengan jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Bilangan 5 disimbolkan dengan jempol (Ibu Jari).  Bilangan 6 disimbolkan dengan jempol dan jari telunjuk.  Bilangan 7 disimbolkan dengan jempol, jari telunjuk dan jari tengah.  Bilangan 8 disimbolkan dengan jempol, jari telunjuk, jari tengah dan jari manis.  Bilangan 9  disimbolkan dengan semua jari tangan kanan.
Tangan kiri menunjukkan puluhan.  Bilangan 10 disimbolkan dengan jari telunjuk.  Bilangan 20 disimbolkan dengan jari telunjuk dan jari tengah.  Bilangan 30 disimbolkan dengan jari telunjuk, jari tengah dan jari manis. Bilangan 40 disimbolkan dengan jari telunjuk, jari tengah, jari manis dan jari kelingking. Bilangan 50 disimbolkan dengan jempol (ibu jari).  Bilangan 60 disimbolakan dengan jempol dan jari telunjuk.  Bilangan 70 disimbolkan dengan jempol, jari telunjuk dan jari tengah.  Bilangan 80 disimbolkan dengan jempol, jari telunjuk, jari tengah dan jari manis.  Bilangan 90  disimbolkan dengan semua jari tangan kiri. Adapun contoh simbol bilangan gabungan puluhan dan satuan seperti:  Bilangan 11 disimbolkan dengan jari telunjuk tangan kanan dan jari telunjuk tangan kiri. Bilangan 99 disimbolkan dengan semua jari tangan kanan dan semua jari tangan kiri.
Operasi bilangan pada Jarimatika  ditunjukkan dengan membuka dan menutup jari. Menambah dalam Jarimatika dilakukan dengan membuka jari sedangkan mengurang dilakukan dengan menutup jari. Contoh: 12 + 55  Formasi Jarimatikanya adalah: Tambah 12 buka jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan dan jari telunjuk tangan kiri. Tambah 55 buka jempol tangan kanan dan jempol tangan kiri. Hasilnya adalah jari jempol, jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan menunjukkan bilangan 7, sedang  jari jempol dan telunjuk tangan kiri menunjukkan bilangan 6 jadi hasilnya adalah 67. Adapun secara urut materi dalam Jarimatika penambahan dan pengurangan adalah materi bilangan 1 sampai 4, penggunaan jempol, bilangan 6 sampai 9, teman kecil (dua bilangan yang bila dijumlah ada lima), hitung puluhan, hitung puluhan dan satuan, teman besar (dua bilangan yang bila dijumlah ada 10), penggunaan rumus gabungan dan penggunaan teman kecil dalam menambah mengurang puluhan.

Tunagrahita
Istilah untuk menunjuk kepada anak tunagrahita berbeda-beda, di Amerika istilah yang umum digunakan ialah mental retardation, di Inggris menggunakan istilah mentally retarded, sedangkan di New Zeland istilah resminya intellectually handicapped. Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menggunakan istilah mentally retarded atau intellectually disabled. Pemarintah Indonesia mengeluarkan peraturan, bahwa istilah resminya adalah Tunagrahita.
Menurut (Kemis 2013: 10) pengertian Tunagrahita adalah sebagai berikut: 1) kelainan yang meliputi fungsi intelektual umum di bawah rata-rata, yaitu IQ 84 ke bawah sesuai tes inteligensi, 2) kelainan yang muncul sebelum usia 16 tahun, 3) kelainan yang menunjukkan hambatan dalam perilaku adaptif. Berbagai ahli mengklasifikasikan anak tunagrahita itu berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan bidang ilmunya masing-masing. Ada yang berdasarkan etiologisnya, berdasarkan kemampuannya, dan ada juga yang berdasarkan ciri-ciri klinisnya. Penggolongan ini sangat diperlukan karena untuk memudahkan memberikan layanan dan bantuan yang sebaik-baiknya. Pengelompokan yang sudah lama dikenal ialah debil untuk Tunagrahita ringan, imbesil untuk Tunagrahita sedang, dan idiot untuk Tunagrahita berat. Untuk klasifikasi keperluan pembelajaran (Kemis 2013: 12) mengelompokkan anak Tunagrahita tersebut sebagai berikut: 1) lambat belajar  dengan IQ 70-85, 2) Tunagrahita mampu didik dengan IQ berkisar antara 50 - 70, 3) Tunagrahita mampu latih IQ antara 30 - 50, dan 4)  Tunagrahita butuh rawat dengan IQ kurang dari 30.
            Anak yang memiliki kekurangan dalam inteligensi, pengalaman-pengalaman sosial dalam kehidupannya, kurangnya pengalaman berfikir abstrak dan ketidakmampuannya mengaplikasikan item-item soal sesuai realita, maka Anak Tunagrahita memiliki kemampuan berhitung yang berbeda dengan kemampuan anak normal dengan demikian perlu pendekatan dan metode khusus dalam menyampaikan konsep  termasuk ketersediaan media untuk memperjelas hal yang abstrak agar diperoleh pengertian yang sesuai dengan isi materi yang disampaikan. Indikator penguasaan konsep bilangan meliputi: Menentukan banyak benda, menuliskan lambang bilangan, membandingkan dua kumpulan benda, mengurutkan benda dan bilangan, menentukan bilangan loncat. Sedangkan indikator konsep hitung meliputi: konsep menambah mengurang dengan benda konkret dan menambah mengurang berdasarkan kalimat Matematika.
Mengajarkan Matematika pada anak Tunagrahita agar lebih berhasil hendaknya disampaikan menggunakan sesuatu yang konkret, mudah dipahami, menggunakan contoh-contoh yang sederhana, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dilakukan dalam situasi yang menarik dan meyenangkan, supaya anak Tunagrahita tidak lekas jenuh serta termotivasi untuk belajar. Berdasarkan pernyataan di atas, jelas bahwa anak Tunagrahita membutuhkan penanganan khusus dalam mengajarkan pelajaran Matematika. Penanganan khusus tersebut dapat direalisasikan dengan menggunakan media yang bersifat sederhana, konkrit, mudah digunakan dan mudah didapat, serta ekonomis.
Dari pengertian di atas, anak Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan atau gangguan dalam perkembangan intelektual serta keseluruhan kepribadian sehingga tidak mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan untuk pendidikannya serta pengajarannya diperlukan pendidikan khusus.

Kerangka Berpikir
      Anak Tunagrahita mengalami hambatan dalam berhitung terutama dengan adanya keterbatasan fungsi alat hitung dan adanya kesulitan dalam menerapkan metode berhitung tanpa menggunakan alat bantu yang cenderung memberatkan memori Anak. Jarimatika menawarkan metode berhitung dengan menggunakan jari-jari tangan sebagai media berhitung. Perlu diadakannya pembuktian apakah pembelajaran tersebut mampu meningkatkan kemampuan berhitung Anak Tunagrahita Ringan Kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016 di SLB  Negeri Kota Tegal malalui Penelitian Tindakan Kelas.

Hipotesis Tindakan
Jika Anak Tunagrahita Ringan kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016 di  SLB Negeri Kota Tegal menggunakan metode  Jarimatika  maka kemampuan berhitungnya akan meningkat.

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini dilaksanakan di SLB Negeri Kota Tegal, dan dilaksanakan pada bulan September-Desember 2015. Jadwal Kegiatan:


No.
Kegiatan
Waktu Pelaksanaan
1
Penyusunan Proposal
2 September - 5 Oktober 2015
2
Pelaksanaan Penelitian
6 Oktober - 16 November 2015
3
Peyusunan Hasil Penelitian
17 November - 21 Desember 2015

Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah dua Anak Tunagrahita Ringan kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016 , dilaksanakan pada dua materi yaitu materi penambahan dan pengurangan satuan serta materi penambahan dan pengurangan puluhan.
Prosedur Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research. Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Masing-masing siklus dilaksanakan pada pokok bahasan berhitung yang berbeda. Siklus I dilaksanakan pada pokok bahasan berhitung penambahan dan pengurangan satuan. Sedangkan siklus II dilaksanakan pokok bahasan berhitung penambahan dan pengurangan puluhan. Adapun secara lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas siklus I dan siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut:

Perencanaan: 1) membuat skenario pembelajaran Jarimatika, 2) membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kemampuan berhitung anak, 3) menyiapkan catatan lapangan, 4) menyiapkan dan membuat alat bantu mengajar yang diperlukan termasuk mengadakan adaptasi dan modifikasi buku latihan berhitung sesuai dengan kondisi anak.

Pelaksanaan Tindakan Siklus I: Materi Penambahan dan Pengurangan Satuan. Tahap I: Guru membagikan soal Pre-Test, menyampaikan pendahuluan tentang konsep bilangan dan konsep hitung penambahan dan pengurangan bilangan satuan dengan benda kongkret (tidak dengan jari), memberikan soal latihan pada anak, membantu kesulitan anak. Anak  mengerjakan soal Pre-Test, melakukan setiap aktifitas dalam pembelajaran berhitung, mengerjakan soal latihan dari guru. Tahap II:  Guru memberikan penjelasan tentang konsep bilangan dan konsep hitung satuan dalam Jarimatika, memberikan soal latihan Jarimatika, memberikan soal Post-Test. Anak melakukan setiap aktifitas dalam pembelajaran, mengerjakan soal latihan dengan metode Jarimatika dan mengerjakan  soal Post-Test. Siklus II: Materi Penambahan dan Pengurangan Puluhan. Tahap I: Guru membagikan soal Pre-Test, menyampaikan pendahuluan tentang konsep bilangan dan konsep hitung penambahan dan pengurangan bilangan puluhan dengan benda kongkret (tidak dengan jari), memberikan soal latihan, membantu kesulitan anak. Anak mengerjakan soal Pre-Test, melakukan setiap aktifitas dalam pembelajaran berhitung, mengerjakan soal latihan dari guru. Tahap II: Guru memberikan penjelasan tentang konsep penambahan dan pengurangan dengan metode Jarimatika, memberikan soal latihan, memberikan soal Post-Test. Anak melakukan setiap aktifitas dalam pembelajaran, mengerjakan soal latihan bilangan puluhan dengan metode Jarimatika, mengerjakan  soal Post-Test.
Observasi: Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat. Lembar observasi  kemampuan berhitung anak yaitu: 1) pemahaman konsep bilangan dan konsep hitung, 2) pemahaman konsep bilangan dan konsep hitung  Jarimatika, 3) kemampuan anak dalam mengerjakan soal (catatan lapangan).
Refleksi: Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi dikumpulkan dan dianalisa dalam tahap refleksi. Dari hasil refleksi dapat diketahui apakah kegiatan pembelajaran yang dilakukan anak sudah sesuai dengan skenario pembelajaran dan apakah anak telah mampu melakukan metode Jarimatika dengan benar yang dibuktikan dengan apakah ada peningkatan kemampuan berhitungnya. Selanjutnya hasil analisa yang dilakukan pada tahap refleksi akan dipergunakan menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Pengumpulan Data: Untuk memperoleh data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap kegiatan pembelajaran. Adapun instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah: 1) Instrumen Pembelajaran: Rencana Pembelajaran pada tiap siklus, 2) Instrumen Monitoring: Lembar Pre-Test dan Post-Test, untuk mengetahui kemampuan menyelesaikan soal hitungan, 3) Panduan Observasi, terdiri dari:  pemahaman konsep bilangan dan konsep hitung dan pemahaman konsep bilangan dan konsep hitung Jarimatika, 4) Catatan Lapangan kemampuan anak dalam mengerjakan soal.
Analisis Data: Semua data dianalisis secara deskriptif dengan menghitung persentase.
Indikator Keberhasilan: Indikator keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah kemampuan anak dalam berhitung menambah dan mengurang satuan serta menambah dan mengurang puluhan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Tindakan Siklus  I
            Siklus I menggunakan materi penambahan dan pengurangan bilangan satuan. Sebelum pembelajaran dimulai diadakan Pre-Test  untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap konsep bilangan dan konsep penambahan dan pengurangan satuan. Pembelajaran yang direncanakan pada tahap pertama adalah menyampaikan pendahuluan tentang konsep bilangan dan konsep hitung penambahan dan pengurangan bilangan satuan dan mengerjakan soal latihan sesuai materi.             Saat siswa mengerjakan soal latihan dilakukan pengamatan terhadap sikap, lama mengerjakan dan hasil latihannya. Berdasarkan pengamatan siswa tampak bersemangat. Siswa VR  menggunakan cara membilang dan seringkali berhenti karena lupa urutan bilangannya. Siswa ND berulang-ulang membaca soal dan membilang dalam menyelesaikan soal. Aktivitas kegiatan siklus I dalam mengerjakan Pre Test dapat dilihat pada dokumentasi foto berikut ini:
Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu memberikan penjelasan tentang konsep bilangan dan konsep hitung satuan dalam Jarimatika. Siswa menunjukkan sikap antusias dan senang dalam mengikuti penjelasan. Pada tahap ini siswa mengalami hambatan motorik jari yaitu dalam menbuat formasi jari yang menunjukkan simbol bilangan. Setiap materi penambahan dan pengurangan satuan siswa melakukan latihan mengerjakan soal. Dalam mengerjakan soal latihan siswa tampak berulang-ulang membaca karena sering terlupa terutama untuk siswa ND karena harus menghitung sekaligus membentuk formasi jari. Aktivitas kegiatan siklus I dalam mengerjakan Post Test dapat dilihat pada dokumentasi foto berikut ini:
Pada akhir dari pembelajaran diadakan Post-Test untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi penambahan dan pengurangan satuan setelah pembelajaran. Berikut ini adalah hasil Pre-Test dan Post-Test siswa.
Tabel 1.  Perbandingan Hasil Pre Test dan Post Test Penambahan dan Pengurangan Satuan Siswa  VR dan ND
Nama
Siswa
Persentase Pengerjaan Soal
Waktu Mengerjakan
Pre Test
Post Test
Pre Test
Post Test
VR
65 %
85 %
37 Menit
25 Menit
ND
95 %
100 %
28 Menit
23 Menit
Rerata
80 %
92,5%
32,5 Menit
24 Menit
Dari tabel di atas dapat diketahui ternyata persentase pengerjaan soal  mengalami peningkatan sebesar 20% untuk siswa VR dan 5% untuk siswa ND setelah Pembelajaran Jarimatika. Waktu yang diperlukan dalam pengerjaan soal  berkurang 12 menit untuk siswa VR dan bekurang 5 menit untuk siswa ND. Rerata Persentase pengerjaan soal Pre Test 80% dan Post Test 92,5%, hal ini mengalami peningkatan 12,5 % sedangkan rerata waktu mengerjakan soal Pre Test 32,5 menit, Post Test 24 menit, hal ini mengalami peningkatan kecepatan hitung 8,5 menit.
Refleksi Tindakan Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan secara langsung terhadap siswa dalam menggunakan metode Jarimatika dalam berhitung satuan ternyata ada beberapa dukungan dan hambatan. Dukungan kelebihan penggunaan metode Jarimatika adalah sebagai berikut: 1) siswa tampak bersemangat dan senang dalam mengikuti pembelajaran, 2) penguasaan konsep hitung yang sebelumnya telah dimiliki siswa menjadi faktor pendukung peningkatan pemahaman siswa tentang penggunaan metode Jarimatika. Adapun hambatan atau kelemahan yang dialami dalam penggunaan metode berhitung dengan Jarimatika adalah: 1) kemampuan motorik jari anak yang masih kaku mengakibatkan siswa mudah lelah, 2) soal-soal dalam buku latihan Jarimatika merupakan soal yang panjang sehingga siswa sering merasa kerepotan dalam membaca. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut pada siklus ke dua akan ditempuh beberapa cara antara lain: 1) melakukan latihan kecepatan dan ketepatan motorik jari lebih banyak dari siklus pertama, 2) memodifikasi kembali soal latihan dengan soal yang lebih pendek.

HASIL TINDAKAN SIKLUS II
            Siklus II menggunakan materi penambahan dan pengurangan bilangan puluhan. Sebelum pembelajaran dimulai diadakan Pre Test untuk mengetahui pemahaman awal siswa terhadap konsep bilangan dan konsep penambahan dan pengurangan puluhan. Pembelajaran yang direncanakan pada  tahap  ke dua adalah menyampaikan pendahuluan tentang konsep bilangan dan konsep hitung penambahan dan pengurangan bilangan puluhan dan mengerjakan soal latihan sesuai materi.            Saat siswa mengerjakan soal latihan dilakukan pengamatan terhadap sikap, lama mengerjakan dan hasil latihannya. Berdasarkan pengamatan siswa tampak bersemangat. Selama mengerjakan siswa ND tampak beberapa kali mencoba menggunakan jarinya dalam mengerjakan soal latihan. siswa VR masih menggunakan metode membilang dengan pengelompokan bilangan puluhan dan satuan. Kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu memberikan penjelasan tentang konsep bilangan dan konsep hitung puluhan dalam Jarimatika. Pada setiap materi siswa melakukan latihan kecepatan motorik dengan waktu yang lebih lama dibandingkan pada siklus I, dan perhatian pada setiap kesulitan siswa senantiasa diberikan dan tidak dibatasi waktunya. Siswa menunjukkan sikap antusias dan senang dalam mengikuti penjelasan. Pada akhir dari pembelajaran diadakan Post Test untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi penambahan dan pengurangan puluhan setelah pembelajaran. Aktivitas kegiatan siklus II dalam mengerjakan Post Test dapat dilihat pada dokumentasi foto berikut ini:
  
Tabel 2.  Perbandingan Hasil Pre Test dan Post Test Penambahan dan  
    Pengurangan Puluhan Siswa VR dan ND
Nama
Siswa
Persentase Pengerjaan soal
Waktu Mengerjakan soal
Pre Test
Post Test
Pre Test
Post Test
VR
80 %
95 %
45 Menit
35 Menit
ND
75 %
90 %
40 Menit
35 Menit
Rerata
77,5 %
92,5 %
42,5 Menit
35 Menit
Dari tabel di atas dapat diketahui ternyata persentase pengerjaan soal meningkat 15% untuk siswa VR dan 15% untuk siswa ND setelah menggunakan Jarimatika. Sedangkan waktu yang diperlukan dalam pengerjaan soal berkurang 10 menit  untuk siswa VR dan berkurang 5 menit untuk siswa ND. Rerata Persentase pengerjaan soal Pre Test 77,5% dan Post Test 92,5%, hal ini mengalami peningkatan 15 % sedangkan rerata waktu mengerjakan soal Pre Test 42,5 menit dan Post Test 35 menit, hal ini mengalami peningkatan kecepatan hitung 7,5 menit.
REFLEKSI  TINDAKAN  SIKLUS  II
Pelaksanaan tindakan pada siklus ke dua berjalan dengan lancar karena siswa sudah mulai terkondisi dengan penggunaan metode Jarimatika dalam berhitung puluhan yaitu dengan dilaksanakannya latihan kecepatan dan ketepatan motorik jari dan modifikasi buku latihan dengan menyajikan soal yang lebih pendek.
PEMBAHASAN
Siklus Pertama
Proses pembelajaran pada siklus I telah berjalan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun. Menurut skenario pembelajaran, kegiatan  pertama yang dilakukan siswa adalah mempelajari konsep bilangan dan konsep penambahan dan pengurangan satuan. Materi konsep bilangan meliputi: menentukan banyak benda, menentukan dan menuliskan lambang bilangan dari kelompok benda, membandingkan kumpulan benda, mengurutkan bilangan dan menentukan bilangan loncat. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pemahaman konsep hitung menambah dan mengurang satuan. Materi konsep hitung menambah dan mengurang meliputi: menentukan bertambah dan berkurang, menambah dan mengurang dengan benda konkret serta menambah dan mengurang berdasarkan kalimat matematikanya.
Setelah penanaman konsep bilangan dan konsep hitung satuan dikuasai siswa, proses  berikutnya adalah pelaksanaan pembelajaran Jarimatika untuk hitung satuan. Materi pertama yang harus dipelajari siswa konsep bilangan dalam Jarimatika. Pada tahap ini siswa tidak mengalami kesulitan karena simbol bilangan dalam Jarimatika mewakili konsep bilangan sebagai bilangan kardinal (urutan) yaitu simbol satu, dua, tiga dan empat dan bilangan ordinal (kumpulan) simbol lima. Bila simbol lima ditambah dengan satu jari (telunjuk) maka akan menjadi simbol enam. Bila simbol lima ditambah dua jari (jari telunjuk dan jari tengah) maka akan menjadi simbol tujuh dan seterusnya. Materi kedua adalah konsep hitung penambahan dan pengurangan. Bahasa menambah dalam Jarimatika adalah membuka jari dan mengurang adalah menutup jari. Konsep bilangan dan konsep hitung satuan dalam Jarimatika mudah dipahami siswa.
Setelah konsep bilangan dan konsep hitung Jarimatika dipelajari siswa, berikutnya adalah mempelajari materi hitung satuan. Pada materi hitung 1-4, penggunaan simbol 5, materi hitung 6-9 siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti bahkan hampir semua jawaban dalam latihan benar. Hal ini dikarenakan konsep hitung dalam Jarimatika sejalan dengan konsep hitung dasar yang telah dikuasai siswa. Permasalahan yang muncul adalah kemampuan motorik jari siswa yang masih memerlukan latihan. Hal ini berpengaruh pada hasil pengerjaan soal. Kegiatan terakhir dalam siklus I adalah pengerjaan soal Post Test. Dari perbandingan soal Pre Test dan Post Test diketahui bahwa terjadi peningkatan persentase pengerjaan soal dan penurunan waktu yang diperlukan untuk mengerjakan soal.
Berdasarkan pembahasan pada siklus I manfaat Jarimatika untuk hitung satuan dapat dirasakan langsung baik untuk siswa maupun untuk guru. Adapun hambatannya berupa masih belum lancarnya siswa membaca soal dan gangguan motorik siswa menjadi acuan untuk menyusun rencana tindakan pada siklus ke dua yaitu melakukan latihan kecepatan ketepatan motorik jari sebelum latihan soal dan memodifikasi soal buku latihan agar lebih sederhana.
Siklus Ke Dua
Proses pembelajaran pada siklus II telah berjalan sesuai dengan skenario (rencana) pembelajaran yang telah disusun. Menurut skenario pembelajaran, kegiatan pertama yang dilakukan siswa adalah mempelajari konsep bilangan dan konsep penambahan dan pengurangan puluhan. Materi konsep bilangan meliputi: menentukan banyak benda, menentukan dan menuliskan lambang bilangan dari kelompok benda, membandingkan kumpulan benda, mengurutkan bilangan dan menentukan bilangan loncat. Kegiatan pembelajaran dilanjutkan dengan pemahaman konsep hitung menambah dan mengurang puluhan. Materi konsep hitung menambah dan mengurang meliputi: menentukan bertambah dan berkurang, menambah dan mengurang dengan benda konkret serta menambah dan mengurang berdasarkan kalimat Matematikanya.
Setelah penanaman konsep bilangan dan konsep hitung puluhan dikuasai siswa, proses pembelajaran berikutnya adalah pelaksanaan pembelajaran Jarimatika untuk hitung puluhan. Sebagaimana hasil refleksi tentang hambatan motorik jari siswa maka di setiap materi diadakan latihan ketepatan dan kecepatan motorik dengan waktu yang lebih lama dari siklus pertama. Materi pertama yang harus dipelajari siswa adalah konsep bilangan dalam Jarimatika. Pada tahap ini siswa tidak mengalami kesulitan karena simbol bilangan puluhan dalam Jarimatika mewakili nilai tempat  yang langsung dipisah dengan bantuan jari tangan kanan sebagai  nilai tempat satuan dan jari tangan kiri sebagai nilai tempat puluhan. Hal ini membantu siswa untuk lebih dapat mengingat nilai tempat dalam menambah dan mengurang.
Setelah konsep bilangan dan konsep hitung Jarimatika dipelajari siswa, berikutnya adalah mempelajari materi hitung puluhan. Pada materi hitung bilangan puluhan bulat siswa tidak mengalami kesulitan yang berarti karena hanya memindah konsep bilangan dan hitung satuan di tangan kanan dengan puluhan ditangan kiri. Hambatan yang dialami siswa baik VR maupun ND adalah merubah mainset sering lupa konsep Jarimatika, yang pada umumnya simbol lima dengan seluruh jari tangan kanan membuka namun dalam Jarimatika simbol lima hanya dengan jari jempol yang membuka. Kegiatan terakhir dalam siklus II adalah pengerjaan soal Post Test. Dari perbandingan soal Pre Test dan Post Test diketahui bahwa terjadi peningkatan persentase pengerjaan soal dan waktu yang diperlukan dalam pengerjaan juga lebih sedikit. Dengan mengetahui manfaat dan hambatannnya, maka pembelajaran berhitung dengan metode Jarimatika dapat dilanjutkan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada siswa yang lain dan diteliti kembali untuk pokok bahasan  lebih lanjut.

KESIMPULAN
            Pembelajaran berhitung menambah dan mengurang satuan dan puluhan dengan metode Jarimatika setelah dua siklus memperoleh hasil dapat meningkatkan kemampuan berhitung anak Tunagrahita Ringan Kelas VIII Tahun Pelajaran 2015/2016 di SLB Negeri Kota Tegal
SARAN
1)  Siswa hendaknya senantiasa melatih kemampuan berhitung dengan memperhatikan potensi diri, terbuka adanya kesulitan sehingga guru bisa mencari alternatif metode berhitung yang sesuai. Penggunaan metode Jarimatika dalam berhitung harus didukung dengan penguasaan konsep hitung dan kemampuan motorik jari untuk itu siswa hendaknya bersabar dalam berlatih sehingga didapat hasil yang maksimal, 2) Para guru SLB khususnya guru anak Tunagrahita mampu didik hendaknya mampu memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi anak untuk mencapai kompetensi dasar yang telah direncanakan. Pelaksanaan pembelajaran berhitung dengan metode Jarimatika hendaknya disesuaikan dengan kondisi anak dan penguasaan konsep dasar serta langkah pembelajaran yang tepat agar dicapai hasil yang maksimal.

RENCANA TINDAK LANJUT
Sebagai tindak lanjut dalam penelitian ini penulis memiliki rencana sebagai berikut: 1) melanjutkan penggunaan metode Jarimatika dalam materi hitung penambahan dan pengurangan pada anak Tunagrahita yang lain apabila diperlukan, 2) untuk menghindari kendala-kendala yang mungkin terjadi selama pembelajaran berhitung dengan metode Jarimatika, penulis akan  meningkatkan monitoring dan selalu memberikan bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan dalam berhitung, 3) menjaga kondisi pembelajaran yang menyenangkan agar siswa senantiasa termotivasi dalam belajar berhitung.
 
DAFTAR PUSTAKA

Jarimatika Center Indonesia (TT). Buku Latihan Jarimatika Level I. Salatiga: Jarimatika Center Indonesia

Jarimatika Center Indonesia (TT). Buku latihan Jarimatika Level 2. Salatiga: Jarimatika Center Indonesia

Kemis, Ati Rosnawati (2013). Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita. Jakarta: Luxima Metro Media

Rachmawati, Siti (2011) PTK Peningkatan Kemampuan Berhitung Dengan Jarimatika Untuk Anak Tunanetra di SLBN Semarang

Septi Peni Wulandani (2008), Jarimatika Penambahan Dan Pengurangan. Jakarta: Kawan Pustaka

Triani, Nani (2012). Panduan Melaksanakan PTK Pendidikan Khusus. Jakarta: Luxima Metro Media


[1] Guru SLBN Kota Tegal